Sering Ditanyakan, Apakah Seseorang Harus Wudhu Kembali Setelah Makan?

DAARUTTAUHIID.ORG | Umaty Islam selalu diajarkan untuk senatiasi dalam keadaan bersuci, baik suci hadast besar maupun kecil. Salah satu cara untuk bersuci yaitu dengan berwudhu. Wudhu  dilakukan untuk membersihkan diri seorang muslim dari hadas kecil. Wudhu sebagai syarat sah dalam menunaikan shalat.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Allah tidak akan menerima sholat salah satu dari kalian jika kalian berhadas hingga kalian berwudhu.” (HR Bukhari-Muslim).

Selain sholat, seorang muslim yang hendak memegang mushaf juga harus berwudhu terlebih dahulu. Jumhur ulama menyatakan bahwa jika menyentuh Al-Qur’an tanpa wudhu, maka hukumnya adalah dosa karena memegang mushaf dalam keadaan berhadas dihukumi haram.

“Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur’an/tafsir tahlili), kecuali para hamba (Allah) yang disucikan.” (Q.S. Al-Waqi’ah: 79).

Namun bagaimana jika seseorang hendak shalat dan telah berwudhu, lalu makan setelah wudhu, apakah sah wudhu seseorang? Atau harus berwudhu kembali?  

Untuk menjawab perihal tersebut, maka salah satu rujukan yang dapat diambil ialah pendapat Ustaz Adi Hidayat (UAH). UAH mengutip hadis riwayat Muslim nomor 828. Dalam hadis ini, ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, apakah makan daging kambing membatalkan wudhu? Kemudian dijawab, tidak.

“(Kemudian) bertanya (lagi), wahai Rasulullah, apakah makan unta membatalkan wudhu? Kata nabi, iya, maka berwudhulah ketika Anda makan unta,” demikian disampaikan UAH, dinukil dari YouTube Kunang Kunang.

Secara tekstual dapat disimpulkan bahwa hanya unta saja yang jika dimakan harus berwudhu lagi sebelum melaksanakan sholat, tawaf, atau menyentuh mushaf Al-Qur’an. Sedangkan, jika makan makanan selain unta tidak masalah apabila tidak wudhu ulang.

“Nah, yang kontekstual bukan melihat untanya, tapi melihat pada jenis makanannya. Di Arab itu kalau diurut makanannya dari daging yang paling standar, orang Arab makan kambing biasa, (tapi) kambing di Arab dengan di kita beda, baunya lebih menyengat kambing di sini,” tutur UAH.

“Tapi unta berbeda, kalau makan sekaligus daging unta saat itu, sementara membersihkan (dengan) siwak saja, belum ada semacam odol dan sebagainya saat itu, maka ketika digunakan sholat baunya masih ada,” lanjutnya.

Kemudian dipahami secara kontekstual bahwa setiap makanan yang punya jenis sifat seperti unta jika dimakan masih mengeluarkan bau yang tidak sedap dan dapat berpengaruh pada kekhusyuan dalam ibadah, maka yang terbaik adalah berwudhu kembali.