Tanda Orang Beriman

Shuhaib bin Sinan ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim).

Saudaraku, iman seseorang menentukan tingkatan sabar dan syukurnya. Semakin kuat keimanan seseorang, maka ia akan semakin sabar dan semakin bersyukur.

Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. al-Anfal [8]: 2).

Tanda orang beriman berdasarkan ayat tersebut ada tiga, yakni:
1. Orang beriman adalah jika disebut nama Allah bergetar hatinya.
Contoh, saat mendengar azan apakah sambil ngobrol, atau mengerjakan pekerjaan lainnya, atau ada sesuatu yang berbeda. Ada sesuatu yang menggetarkan hati kita. Ini bisa kita jadikan alat ukur. Bila hati kita bergetar saat disebut nama orang yang dicintai, bergetar saat mendengar nama orang yang kita segani, maka mengapa hati kita tidak bergetar saat nama Allah Yang Mahakuasa atas diri kita disebut?

Dalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan, ayat ini menunjukkan sifat orang beriman yang sebenarnya. Yakni merasa takut kepada Allah, sehingga menjalankan perintah-Nya dan manjauhi larangan-Nya. Jika disebut nama Allah SWT, ia semakin ingin bertakwa kepada-Nya.

2. Apabila dibacakan al-Quran, bertambahlah keyakinannya.
Ali bin Thalib ra berkata, “Ilmu seseorang itu adalah amalnya.” Ilmu banyak tapi amal sedikit berarti ilmunya sedikit. Contoh ilmu agamanya banyak, alumnus universitas terkenal tapi masih suka membicarakan kejelekan orang lain. Ini membuktikan ilmunya masih sedikit.

Banyak ilmu tapi sedikit amal, maaf itu seperti keledai. Lihatlah seekor keledai, ke mana-mana membawa tumpukan buku, tapi dia tidak paham. Hebatnya ilmu seseorang dapat dilihat dari kegigihan melakukan perbuatan yang Allah sukai.

3. Bertawakal hanya kepada Allah SWT.
Orang beriman tidak bersandar pada siapa pun, kecuali hanya kepada Allah SWT. Ia tidak ragu saat mengeluarkan hartanya di jalan Allah, karena ia yakin dengan jaminan Allah SWT.

Orang beriman juga memiliki sifat zuhud, yakni banyaknya harta bukan tempat bergantung karena ia yakin dengan jaminan Allah. Orang beriman meyakini kemuliaan hanyalah milik Allah. Firman Allah SWT, “Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Tuhan Pemilik Kekuasaan, Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki.” (QS. Ali-Imran [3]: 26).

Orang tawakal tidak peduli dicaci atau dipuji karena Tuhannya bukan mulut orang lain, melainkan Allah SWT. Kita pun harus yakin virus yang saat ini merajalela adalah milik Allah, tapi kita harus memaksimalkan ikhtiar.

Hal ini pernah dicontohkan oleh Rasulullah saat Perang Uhud, beliau memakai baju besi dua lapis dan memakai penutup kepala. Begitu pun dengan Umar bin Khattab ra yang mengurungkan niatnya ke Syam karena ada wabah di sana. Keduanya mencontohkan tentang bagaimana menyempurnakan ikhtiar sebagai bukti ketawakalan kepada Allah SWT.

(MQ Pagi; Kamis, 17 September 2020)