Ujaran Kebencian terhadap Ulama

Bangsa Indonesia saat ini menghadapi berbagai permasalahan pendidikan dan moral. Bagi umat Islam semakin terasa bahwa kemerosotan akhlak dan hilangnya adab memanglah kian marak terlihat. The Loss of Adab atau hilangnya adab inilah yang seperti diungkapkan Prof. Syed M. Naquib al-Attas menjadi salah satu pangkal kemunduran peradaban Islam di dunia. Karena dalam konsep pendidikan Islam, adab merupakan bagian terikat yang tidak terpisahkan darinya.

Hilangnya Adab

Secara khusus hilangnya adab ini disertai dengan maraknya ujaran kebencian, penghinaan, dan rasa tidak hormat terhadap para pewaris risalah yakni ulama. Padahal ulama sebagai orang yang berilmu dan memiliki otoritas atasnya harus dimuliakan. Bahkan Allah Ta’ala pun meninggikan derajat orang yang berilmu, sebagaimana dalam firman-Nya:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْ ۚ

وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ

وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ﴿المجادلة : ۱۱

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Mujadalah [58]: 11).

Ujaran kebencian atau hate speech merupakan istilah yang muncul di media sosial dan memiliki dampak yang sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat. Terkait dengan ujaran kebencian atau hate speech di era modern ini, bukanlah suatu masalah yang baru muncul. Akan tetapi bentuk dari ujaran kebencian tersebut sudah ada sejak zaman dahulu.

Ada Sejak Dahulu

Bahkan yang menjadi objek dari tindakan-tindakan yang bermotif kebencian itu adalah para nabi dan rasul, tak terkecuali Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam. Padahal beliau adalah makhluk Allah yang paling mulia di antara makhluk-makhluk lainnya. Dalam sejarahnya peristiwa-peristiwa yang bermotif ujaran kebencian seperti penghinaan, cacian, dan tuduhan yang tidak benar adanya telah banyak direkam dan diabadikan dalam al-Quran.

Allah Ta’ala sangat melarang perbutan ini. Allah bahkan menisbatkan kebiasaan menghina dan merendahkan orang beriman merupakan sikap orang-orang kafir. Pada hatinya telah ditimpakan penyakit sehingga sulit menerima kebenaran dan merasa selalu tinggi hati. Allah Ta’ala berfirman:

زُيِّنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُوْنَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۘ وَالَّذِيْنَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ

وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿البقرة : ۲۱۲

Artinya: “Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir, dan mereka menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” (QS. al-Baqarah [2]: 212).

Oleh karena itu, kita wajib memuliakan ulama dan dilarang menjelekkan atau merendahkannya. Kita pun harus bersikap objektif terhadap ilmu yang disampaikannya, sehingga tak akan terjebak pada penghormatan yang berlebihan atau bahkan mengultuskan. Diriwayatkan dari Ubadah bin al-Shamit bahwa Rasulullah bersabda, “Bukanlah dari golongan umatku orang yang tidak menghormati orang lebih besar di antara kami, tidak menyayangi anak kecil kami, dan tidak mengetahui hak ulama kami. (HR. Ahmad dan Thabrani). (Gian)

ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi