Wakaf di Negeri Penakluk Konstantinopel

Turki, wakaf di negeri ini dikenal dengan sebutan vakvie, yang berarti pelayanan publik untuk mempromosikan moralitas, kebajikan, penghargaan, dan cinta dalam masyarakat. Sejak masa kekuasaan Turki Ustmani, wakaf telah menghidupi berbagai bangunan seni dan budaya.

Sejak awal abad ke 15 Masehi, jenis wakaf yang populer adalah wakaf property, dan terus berlangsung sepanjang abad ke 16 Masehi. Sedangkan pada masa pemerintahan Ottmaniah, dana wakaf berhasil meringankan perbelanjaan negara, khususnya dibidang pendidikan, sarana perkotaan, dan fasilitas lainnya.

Peran wakaf di Turki pernah mencapai masa-masa keemasan. Bekas-bekas itu masih tampak jelas dari sejumlah momentum hidup yang dapat dijumpai di berbagai tempat di Turki. Seperti sekolah-sekolah, masjid-masjid megah, gedung-gedung kesenian dan kebudayaan, rumah sakit, perpustakaan, hotel, dan sebagainya. Bahkan, pada Tahun 1923, dua pertiga dari total tanah yang potensian untuk ditanami di negeri itu, merupakan tanah wakaf. Maasya Allah.

Seiring waktu berlalu, terjadilah revolusi Kemal Attaturk pada Tahun 1924, dengan sekularisasi sebagai agenda utamanya. Akibatnya, wakaf di Turki pun mengalami penurunan yang sangat tajam. Ini terjadi akibat delegitimasi agama beserta insitusi-institusinya. Di masa Kemal Attaturk ini pula, terjadi perubahan konstitusi secara mendasar, termasuk sistem hukum yang ada.Undang-Undang 667 misalnya, tidak hanya berefek mengekang semua institusi dan orde sufi, tapi juga menghancurkan semua bentuk kepemilikan wakaf. Akibatnya, seluruh aset wakaf dikuasai Negara. Di masa-masa suram ini, hanya masjid yang masih dihormati dan dimuliakan.

Tiga lembaga wakaf terbesar Turki adalah Turkiye Diyanet Vakfi, Mahmud Hudayi Vakfi, dan Hakyol Vakfi. Fakta yang menarik dari Turki adalah, semua lembaga sosial di Turki yang menggunakan kata Vakfi atau wakaf di belakang namanya. Hal ini menunjukkan sangat kuatnya pengaruh wakaf sejak zaman kekhalifahan Ottoman, dan ditambah satu lembaga kemanusiaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan wakaf atau dikenal dengan nama Insani Yardim Vakfi (IHH).

Berdasarkan data tahun 1987, wakaf yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Wakaf adalah: Masjid sebanyak: 4,400, Asrama Mahasiswa : 500, Rumah untuk usaha : 453, Hotel dan caravan : 150, Toko : 5,348, Rumah atau Apartemen : 2,254, Depahs and tables : 543,Property lainnya : 24,809.

Dari aspek pemanfaatan, wakaf telah digunakan untuk melayani berbagai kebutuhan sosial, layanan kesehatan dan pendidikan. Salah satu contoh layanan kesehatan adalah wakaf rumah sakit yang dipersembahkan oleh ibunda Sultan Abdul Mecit, kemudian dikenal dengan Bezmi Alan Valid Sultan Guraki Muslim pada tahun 1843. Hingga kini, rumah sakit ini masih berdiri megah dan juga merupakan salah satu rumah sakit modern di Kota Istambul. Rumah sakit ini dilengkapi dengan 1425 tempat tidur, dan kurang lebih 400 dokter, perawat dan staf.

Sementara wakaf untuk inisiatif dan tujuan pendidikan, pada umumnya berwujud beasiswa dan perumahan gratis bagi mahasiswa. Untuk melestarikan tradisi wakaf dalam masyarakat Turki, berbagai upaya dilakukan di antaranya dengan menggelar Charities Week (minggu wakaf), setiap tahun di bulan Desember. Tradisi yang digelar sejak 19833 ini diselenggarakan oleh Dirjen Wakaf disana.

Sementara itu, menurut Ridwan El-Sayed wakaf dalam bentuk uang tunai dan dalam bentuk penyertaan saham, telah dikenal pada zaman Turki Usmani dan saat ini telah diterima luas di Turki modern. Pada zaman pemerintahan Ottmaniah di Turki, amalan wakaf tunai berhasil meringankan perbelanjaan kerajaan dalam menyediakan kemudahan pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya kepada masyarakat.

Dari penjelasan tersebut, tergambar jelas besarnya potensi wakaf yang ada di Negara Turki, dari zaman dahulu hingga sekarang. Dapat kita simpulkan bahwa corak wakaf di Turki sangat beragam. Setidaknya mencakup tiga aspek utama, yakni ibadah, sosial kemasyarakatan, dan ekonomi bisnis.

Fungsi layanan sosial wakaf, selain diperankan oleh keberadaan unit-unit pendidikan, asrama-asrama sekolah, dan perpustakaan juga direpresentasi oleh keberadaan Imaret. Sejarah mencatat bahwa Imaret adalah suatu sarana utama dalam pembangunan dan juga sebagai lembaga sosial yang telah dikenal sejak era Turki Ustmani, sekitar abad ke-15 dan 16. Imaret pada umumnya dibentuk oleh pejabat di era Turki Usmani. Sudah menjadi kebiasaan bahwa sultanlah yang bertindak sebagai administrator Imaret. Kebiasaan ini terus dilestarikan oleh para gubernur di Turki hingga abad ke-19 M.

Pada saat ini turki tetap mempertahankan kelembagaan Imaret, itu terbukti dengan masih adanya 32 Imaret yang memberikan layanan kepada lebih kurang 15.000 orang setiap harinya. Imaret juga memberikan bantuan uang kepada orang buta dan orang miskin. Beberapa bangunan wakaf juga digunakan untuk asrama mahasiswa yang tidak mampu, dan tercatat ada 50 asrama di 46 kota yang menampung lebih kurang 10.000 mahasiswa. (Cristi Az-Zahra)