Belajar Mawas Diri

Daarut Tauhiid (DT) tidak hanya sebagai tempat belajar agama. Apalagi dengan semboyan zikir, pikir, dan ikhtiar, menegaskan jati diri DT bukan sekadar lembaga dakwah. Tapi lebih dari itu, berusaha mengajak dalam kebaikan kepada siapa saja. Dan jangan banyak memikirkan hasil dan meminta dipuji.

Banyak orang yang sangat terkunci oleh hasil yang ia inginkan. Padahal hasil itu bonus, rezeki kita yang sesungguhnya adalah proses. Proses itu menjadi sesuatu yang penting kita nikmati. Bayangkan kalau kita menikmati hasil yang pertama, hasil itu belum tentu ada. Dan yang kedua, kalau sudah ada juga tidak lama dibanding dengan prosesnya,

Mari kita membiasakan diri, menikmati proses sebagai bagian dari syukur kita kepada Allah Ta’ala. Kita diberi kesempatan berproses, termasuk berproses di dalam mencapai apa yang diinginkan.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. al-Insyirah [94]: 5-6).

Akhlakul karimah adalah hasil dari orang yang menikmati proses. Seseorang yang sangat menikmati proses meski dalam menjalaninya amatlah berat, dan dapat dikatakan sebagai amal saleh.

Misalnya ingin menjadi anak lebih baik. Ini tidak seperti membalikkan telapak tangan. Bagaimana kita dekat dengan anak, bagaimana kita bersabar, bagaimana kita menyayangi, bagaimana kita memberi contoh.

Mari kita menikmati proses sebagai amal ibadah kita, menikmati proses sebagai syukur kita, dan bersabarlah menikmati proses. Proses menjadi baik, proses menjadi berkualitas semuanya memerlukan waktu, dan semua inilah rezeki kita.

Perbaiki Diri

Tidak jarang kita terlalu sibuk menuntut agar orang lain berubah tanpa diiringi dengan kesibukan diri untuk berubah. Ciri orang yang gigih ingin memperbaiki orang lain dan lingkungan adalah ia gigih memperbaiki diri sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan dalam hal apa pun tidak akan berjalan efektif, jika tidak dimulai dari hal-hal terkecil. Tekad perbaikan diri harus dilakukan dari diri sendiri. Tekad ini pun harus menjadi darah daging. Jadi, mulailah dari hal yang terkecil dari diri kita dan perbaikilah dengan segera.

Selain itu, ada hal yang harus perhatikan dalam berproses agar proses itu tidak salah, yaitu:

1) Niatnya benar.

2) Caranya benar.

Jika kita melakukan yang benar namun orang lain menolak, jangan berkecil hati. Rasulullah saw yang dibimbing oleh Allah Ta’ala pun berproses dalam menyampaikan kebenaran. Perjuangan Rasulullah dalam menyampaikan Islam adalah perjuangan yang berat dan luar biasa. Pada waktu itu, Beliau dihadapkan banyak tekanan ketika menyampaikan risalah dari Allah.

Oleh karena itu, kita mesti berlapang dada bila ditinggalkan oleh kumpulan kawan yang tak menyukai tobat dan perubahan diri kita. Cukuplah kita ingat kepada Allah. Temui teman-teman yang senantiasa memandu kita ke arah kebaikan. Teman yang menegur bila kita melakukan kekeliruan, yang mengingatkan waktu salat kala kita lupa, dan yang mau menyokong perubahan kita menuju keridaan-Nya.

Sahabat itu ada dua. Pertama, ada sahabat surga. Dan kedua, ada juga yang mengajak ke neraka. Nah, kita ingin yang mana? (Eko)