Mencintai Orangtua karena Allah

Allah berfirman dalam Surah at-Taubah [9] ayat 24, yang artinya: “Katakanlah, ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”

Apabila kita merujuk pada firman Allah ini, maka kita akan mengetahui bahwa itulah hal-hal yang bisa memalingkan hati kita dari cinta kepada Allah. Salah satunya adalah kebanggaan yang berlebihan terhadap orangtua. Ada banyak orang yang merasa begitu cinta dengan jabatan yang diemban oleh ayah atau ibunya. Dia berpikir bahwa kedudukan yang dimiliki orangtuanya tersebut bisa membuatnya menjadi mulia pula.

Orang seperti ini akan merasa terbawa hebat dengan pangkat dan gelar yang disandang oleh orangtuanya. Itulah mental seorang anak yang mengandalkan nama ayahnya. Seolah-olah itulah jaminan yang akan membuat segala urusan menjadi terpenuhi.

Sikap seperti ini sangat berpotensi mendatangkan masalah. Ketika seseorang lebih takut kepada murka orangtua daripada murka Allah Ta’ala. Ketika seseorang lebih cinta kepada orangtua karena menganggap orangtua adalah pemberi segala kebutuhannya. Kala seseorang menuruti segala kehendak orangtuanya bahkan jika itu salah, ini tentu akan mendatangkan kesulitan.

Saat seseorang begitu takut, cinta dan berharap terhadap orangtuanya melebihi apa yang diberikan untuk Allah Ta’ala, maka itu adalah awal dari malapetaka. Cinta, hormat, dan patuh kepada orangtua memanglah disyariatkan dalam ajaran luhur Islam. Bahkan hal itu juga termaktub dalam al-Quran yang mana Allah Ta’ala berfirman:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًا ۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا

فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا ﴿الإسراء : ۲۳
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًا ۗ ﴿الإسراء : ۲۴

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (QS. al-Isra’ [17]: 23-24).

Begitu luar biasanya ajaran Islam yang mana berkata ah saja kepada orangtua tidak diperkenankan. Apalagi mengucapkan kata-kata yang kasar dan memperlakukan mereka dengan tidak hormat. Penghormatan kepada orangtua adalah hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Seorang anak tidak diperbolehkan melakukan perbuatan yang bisa melukai hati orangtuanya. Jika ada ketidaksetujuan dengan orangtua, maka hendaknya disampaikan dengan penuh adab dan penghormatan.

Namun hal yang perlu disadari adalah niat kita menghormati dan mencintai kedua orangtua itu haruslah dilatarbelakangi karena Allah. Cinta itu harus kembali bermuara kepada Allah Ta’ala. Kecintaan dan penghormatan kita terhadap mereka harus dalam rangka penghambaan kepada Allah Ta’ala. Inilah wujud dari rasa cinta kepada-Nya, sehingga rasa bangga, rasa patuh, rasa hormat itu tidak akan melalaikan kita terhadap hakikat mencintai Allah semata. (KH. Abdullah Gymnastiar)