Tradisi Ziarah Kubur Dalam Islam

Ziarah kubur merupakan salah satu hal yang menjadi kultur bagi sebagian masyarakat Indonesia, melakukan ziarah kubur ke makam-makam para wali Allah, para Ulama’, para guru dan keluarga yang telah meninggal dunia dengan ritual-ritual yang telah diwarnai dengan konsep Islam diantaranya dengan mengaji atau membaca Yasin, Tahlil, membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dihadiahkan bagi orang yang ada didalam makam, serta mendo’akannya.

Sebagaimana yang di cantumkan dalam Al-Qur’an:

فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰىكُمْ ࣖ

“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad: 19).

Ulama’Ahlusunnah wal Jama’ah telah sepakat bahwa pahala amal seseorang dapat dihadiahkan kepada orang lain sesama Muslim, sebagaimana doa dan permohonan ampunan. Anjuran melakukan ziarah kubur ini telah termaktub dalam suatu hadits, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya aku dahulu telah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah karena akan bisa mengingatkan kalian kepada akhirat dan akan menambah kebaikan bagi kalian.” (HR. Muslim)

Ada pun tujuan utama ziarah kubur adalah mengingatkan peziarah yang masih hidup di dunia akan kematian dan bahwa ada kehidupan setelah alam dunia yang pasti dihadapi, yaitu akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an:

اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ  كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ  ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS. Al-Hadid: 20).

Melalui ayat tersebut, Allah Ta’ala memperingatkan kepada kita bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Kemudian di akhirat nanti, seluruh umat akan mendapat balasan dari segala perbuatan yang telah dilakukan selama di dunia  baik perbuatan yang kecil maupun yang besar. Yang terpenting adalah dalam pelaksanaan ziarah kubur jangan sampai ada amalan-amalan syirik misalkan dengan meminta bantuan atau sesuatu kepada orang yang sudah wafat, karena amalan itu berarti sama saja dengan menduakan Allah, meminta sesuatu kepada selain Allah. Bukannya mendapat pahala atas ziarah kubur malah akan mendapat dosa, naudzubillahi min dzalik. Wallahu a’lam bishowab

(Shabirin)