Air yang Menyehatkan dan Menenangkan

Siapa pun pasti kenal air. Dia adalah masterpiece yang Allah ciptakan untuk menambah indahnya hidup. Dapat kita bayangkan jika di bumi yang ditempati ini tidak ada yang namanya air. Tidak ada lautan yang membentang indah, awan yang biru, sejuknya pagi hari, tetesan embun, daun-daun hijau. Yang ada hanyalah lubang-lubang raksasa yang menakutkan, langit yang hitam kelam, serta gurun-gurun pasir yang luas membentang. Manusia, binatang, serta tumbuhan perlahan akan sirna.

Maka, air adalah unsur dominan dalam kehidupan. Tengoklah diri kita sendiri. Ketika belum lahir ke dunia, selama sembilan bulan lebih kita berenang dalam air di rahim ibu. Setelah lahir, tubuh kita terdiri dari milyaran sel hidup. Setiap sel mengandung banyak air dengan larutan bermacam-macam zat. Maka, tidak aneh jika komposisi air dalam tubuh kita mencapai 70 persen lebih. Kadar air dalam otak mencapai 74,5 persen, darah 90 persen, jantung 79 persen, ginjal 82 persen dan paru-paru mendekati 80 persen air.

Jika kandungan air dalam setiap organ mampu kita pertahankan sesuai kebutuhan, kesehatan organ-organ tersebut akan terjaga. Sebaliknya, jika kadar air menurun, dapat dipastikan fungsi-fungsi organ pun akan menurun. Akibatnya, tubuh akan rentan terhadap penyakit, bakteri, virus, dan sebagainya.

Apa syarat air yang layak minum?

Sebagai pengganti cairan tubuh, air yang kita konsumsi harus memenuhi syarat, berupa kandungan yang tepat, jumlah ion, mineral, dan derajat keasaman, serta sebaran bakteri yang proporsional. Oleh karena itu, sebelum mengonsumsi air minum, pelajari dulu dengan saksama kualitas air yang akan diminum.

Air minum yang baik tidak mengandung mineral berlebihan atau memiliki derajat keasaman dan kebasaan yang juga berlebihan. Namun sayang, sebagian besar air minum di perkotaan diproses dengan bantuan zat kimia tertentu, seperti tawas dan kaporit. Jika secara fisis kedua zat tersebut masih teridentifikasi, ada baiknya air yang akan dikonsumsi diendapkan terlebih dulu dan disaring agar zat tersebut tidak larut dalam air minum kita.

Berapa banyak sebaiknya kita minum?

Tubuh kita memiliki sensor cerdas yang mengatur kuantitas kebutuhan terhadap air. Jumlah konsumsi air minum sangat bervariasi. Tergantung aktivitas serta proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh.

Kebutuhan terhadap air dapat dihitung dan diamati berdasar tingkat diuresis dan jumlah keringat serta penanda dehidrasi. Diuresis diukur dari volume air seni harian. Semakin banyak dan sering kita buang air, semakin banyak pula kita membutuhkan substitusi dari air minum. Demikian pula, jika kita banyak beraktivitas dan berkeringat, semakin banyak pula kita membutuhkan air pengganti beserta ion dan mineralnya.

Ketika kebutuhan terhadap air meningkat akan tetapi pemenuhannya terhambat, tubuh pun akan mengalami dehidrasi. Di antara tandanya adalah terjadinya penurunan turgor kulit. Jika dicubit sulit dan agak lama untuk kembali kepada posisi dan bentuk semula.

Air sangat memengaruhi aktivitas fisika dan kimiawi tubuh. Asupan air yang tepat akan memperlancar proses pengoptimasian sistem tubuh. Proses ini merupakan awal dari sebuah proses rantai elektron.

Air yang masuk akan menjadi media penyejuk dan penyelaras sistem tubuh dengan sifat polaritasnya yang netral. Kehadiran air akan memberikan sumbangan proton dan gugus oksida yang akan membantu setiap sel untuk “bertasbih” dengan “khusyuk”. Ketika berada dalam kondisi ini, hati pun akan lebih tenang, lebih sabar, lisan, pikiran, serta perbuatan kita akan lebih cerdas dan terjaga. 

(Oleh : Tauhid Nur Azhar, sumber foto : Hello Sehat)