Mengharapkan Kedudukan = Hati Tidak Tenang

Mengharapkan Kedudukan = Hati Tidak Tenang.

Hadirin tahukah yang menyebabkan kita hidup sengsara? Adalah sibuk mencari kedudukan dihati makhluk, ketika kita ingin mencari kedudukan dihati makhluk, maka kita ingin dipuji dan takut dicaci oleh makhluk bernama manusia. Ini menyengsarakan, inilah yang membuat sebagian diantara kita melakukan perbuatan-perbuatan yang irasional (tidak masuk akal).

Mengobrol itu bukan sesuatu yang mudah hadirin. Apalagi bercerita sesuatu tentang diri kita, keluarga, pekerjaan, perusahaan, pendidikan, dan pengalaman, itu kecenderungan untuk tidak jujurnya sangat besar. Hati-hati hadirin, silahkan diperiksa ketika kita sedang mengobrol, kalau sudah menceritakan diri itu ada kecenderungan ditambah-ditambahkan, dibagus-baguskan, dibesar-besarkan, dan direkayasa agar kelihatan pintar, berjasa, dan terus saja merasa paling hebat.

Pokoknya kecenderungannya berbohong dan diada-adakan. Dan tidak hanya dalam prestasi, dalam sakit juga suka berbohong, “waduh tadi malam saya sakitnya saya tahan”, padahal aslinya tidak seperti itu. Kenapa dalam penderitaan saja bohong?. Termasuk urusan rumah tangga, “bagaimana ya saya ingin konsultasi tentang suami saya, itu kedzolimannya” seolah-olah kedzalimannya semuanya ada pada suami, dan setiap yang curhat 100 persen kebenaran milik dirinya sendiri.

Makanya hindari sekuat tenaga mengobrolin diri sendiri, keluarga, teman, dan apapun yang membuat dosa. Kenapa kita harus capek-capek bohong dan mengada-ada?, ya karena kita mencari kedudukan dihati orang. Terus kalau ada orang kagum ke kita memangnya bagaimana? “wah hebat”, tidak juga paling orang hanya geleng-geleng kepala, dan kita juga melakukannya sendiri.

Ibnul Qayyim pernah mengatakan, “Tidak mungkin dalam hati seseorang menyatu antara ikhlas dan mengharap pujian serta tamak pada sanjungan manusia kecuali bagaikan air dan api.” Selain itu sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu senantiasa berdo’a ketika pujian menghampirinya. ”Ya Allah ampunilah aku atas apa yang mereka tidak ketahui (soal diriku). Dan janganlah Engkau menyiksaku karena perkataan mereka. Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangkakan.”

Maka hadirin terulah berdoa ke Allah agar kita senantiasa Allah jauhkan dari sifat ingin dipuji, ingin disanjung oleh orang lain. Kalau kita berbuat baik ikhlas karena Allah biar saja Allah yang menilai itu sebagai ibadah, tidak perlu kita menjelaskan kepada orang lain, karena orang lain tidak akan memberikan pahala kepada kita, justru kita malah akan merasa lelah karena tujuannya pujian manusia. Wallahu a’lam bishowab

(KH. Abdullah Gymnastiar)