Ingin Sehat? Ini Anjuran Rasulullah ketika Makan

Ajaran Islam bersifat menyeluruh dan sempurna. Islam telah mengatur segala perkara kehidupan, tidak terkecuali masalah kebutuhan makan. Tentu yang menjadi rujukan umat Islam adalah al-Quran dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Sebab perilaku beliau adalah bagian dari mubayyan (penjelasan; pemberi keterangan) dari al-Quran. Allah Ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا ۗ ﴿الأحزاب : ۲۱

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab [33]: 21).

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam laksana sekolah kehidupan bagi manusia. Maka kita akan membahas sedikit teladan beliau dari sisi adab dan pola makan.

Tidak Berlebihan

Seperti dibahas Muhamad Jufri pada Konsep Pola Makan Sehat dalam Perspektif Hadis dalam Kitab Musnad Ahmad, anjuran Rasulullah dalam mengonsumsi makanan yakni tidak berlebihan. Manusia sebaiknya menyiapkan sepertiga perutnya untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga lagi untuk darah. Ini adalah cara makan terbaik.

Jika perut penuh oleh makanan, maka tidak ada ruang cukup untuk minuman. Jika orang mengonsumsi minuman sampai memenuhi perutnya, maka pernapasannya menjadi sulit hingga menimbulkan kemalasan dan keletihan. Ia akan merasa berat seakan membawa beban pada perutnya. Akibatnya, hati akan menjadi malas dan tubuh cenderung akan mencari kepuasan lain di luar makan dan minum.

Mencuci Tangan

Cuci tangan sebelum dan sesudah makan adalah ajaran selanjutnya. Anjuran Rasulullah untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan ternyata sejalan dengan ilmu medis. Karena kebersihan tangan adalah prasyarat untuk memperoleh nikmatnya kesehatan. Jika kebersihan tangan tidak terjaga, dampaknya akan sangat besar bagi ketahanan tubuh ketika terserang penyakit.

Sebab tangan adalah bagian terluar dari kulit dan merupakan tabir pembatas antara lingkungan sekitar. Jika tangan tidak dicuci terlebih dahulu sebelum makan, berbagai kuman dan racun akan mudah hinggap. Apalagi telapak tangan manusia merupakan bagian organ tubuh yang paling fleksibel karena banyak berinteraksi dengan dunia luar, semisal bersalaman, menggenggam atau menyentuh.

Tidak Terburu-buru

Etika makan yang dianjurkan oleh Rasulullah selanjutnya adalah makan dengan tenang dan tidak terburu-buru. Jika makan dalam keadaan terburu-buru, itu tidak mencerminkan adab yang baik karena mencerminkan sikap rakus atau tamak. Rasulullah mengajarkan umatnya agar makan secara tenang karena sangat berpengaruh pada aspek psikologis.

Makan dengan tenang bisa menciptakan suasana santai sehingga berdampak positif bagi kelancaran saluran pencernaan. Suasana rileks ketika makan juga akan semakin memberikan kelezatan pada makanan. Untuk menjaga lajur makanan yang masuk ke mulut, usahakan sendok jangan terisi secara penuh. Ini bertujuan memberikan kesempatan kepada mulut untuk mengunyah makanan terlebih dahulu secara halus.

Duduk Lurus atau Tegak

Ketika makan, Rasulullah melarang seseorang makan sambil bersandar karena membahayakan kesehatan dan mengganggu pencernaan lambung. Ada pun posisi tegak lurus yang dilakukan oleh Rasulullah adalah menduduki kaki kiri sembari lutut yang kanan ditegakkan. Posisi ini membuat lambung tidak tertekan dan kita bisa makan dengan nikmat. Dengan punggung tegak saat makan, energi pun akan lancar mengalir.

Hal ini dijelaskan dalam hadis Nabi, Abu Nu’aim menceritakan kepada kami, Mi’ar menceritakan kepada kami dari Ali bin Aqmar, aku mendengar Abu Juhaifah berkata, Rasulullah bersabda, “Saya tidak suka makan dengan bersandar. (HR. Bukhari). (Gian)