Kisah Penjual Jeruk dan Pembelinya

Saudaraku, ada Kisah yang bisa kita tafakuri kepada diri, jika kita mau bermuhasabah. Kisah ini bisa dikatakan nyata dan sering kita lihat. Kisah ini, bisa jadi kita pernah menjadi pelakunya. Tapi kita tidak mau untuk berkaca dan lihat diri. Coba disimak cerita ini, lalu coba renungi.

Dikisahkan ada seorang penjual buah Jeruk. Setiap hari menyusun dan selalu merapihkan buah jeruk. Menunggu yang datang untuk membeli. Setiap hari, rutinitasnya seperti itu. Tapi ada yang berbeda, pada hari itu. Hari itu kedatang pembeli yanga tidak biasa. Tiga orang tepatnya.

Datanglah pembeli pertama, menghampirinya dan bertanya-tanya tentang jeruk yang dijual. Pembeli ini bertanya, “Berapa harganya?.” Lalu dijawab penjual ini, “1 Kilonya, 7500 Rupiah.” Sambil ketus, pembeli ini menjawab “2000 Rupiah ajah sekilo.” Lalu dijawab penjualnya, “Tidak bisa. Modalnya saya saja 5000 rupiah. Saya hanya ambil untung 2500 rupiah.” Bukan cukup saja, malah dijawab seperti ini oleh pembeli itu. “Ya sudah, saya beli 1 kilonya 5000 rupiah. Bagaimana?”. Dijawab penjualnya, “Ya sudah. Tidak apa-apa.” Itu yang diucapkan, tapi dalam hati penjual itu. “Hitung-hitung buang sial. Masih saja ada pembeli yang seperti itu.” Selesai saja transaksi deng pembeli pertama itu.

Lalu datanglah pembeli kedua, menghampirinya dan bertanya-tanya tentang jeruk yang dijual. Pembeli ini bertanya, “Berapa harganya?” Lalu dijawab penjual ini, “1 Kilonya, 7500 Rupiah.” Tanpa berpikir panjang, jawab pembeli itu. “Ya, saya beli 1 kilo.” Selesai saja transaksinya. Hati penjual itu. “Alhamdulillah, ada pembeli sesuai harganya.”

Setelah pembeli kedua pergi, datanglah pembeli ketiga. Lalu menghampirinya dan bertanya-tanya tentang jeruk yang dijual. Pembeli ini bertanya, “Berapa harganya?.” Lalu dijawab penjual ini, “1 Kilonya, 7500 Rupiah.” Tanpa berpikir panjang, jawab pembeli itu. “Ya, saya beli 1 kilo.” Ketika selesai dikemas, pembeli ini memberikan uang 10000 rupiah. Lalu pergi saja. Sebelum jauh, penjualnya menanyakan kembalian belum diambil. “Ini kembaliannya.” Jawaban yang tidak terduga datang dari pembeli itu. “Kembaliannya diambil saja. Buat tambah uang jajan dan biaya sekolah anak bapak.” Pembeli itu pergi dan Selesai transaksi itu.

Dari Tiga kisah itu, pembeli mana yang membuat hati penjual itu senang? Pastinya pembeli yang ketiga. Pembeli yang sering didoakan penjual yang mana? Pasti pembeli yang ketiga. Kita saja yang mendengar cerita dan tidak melihat saja tau, mana yang orang baik itu.

Jadi orang yang bahagia itu, bukan orang yang banyak uangnya. Tapi yang banyak sedekahnya. Jadi, harta yang banyak lalu aset yang ada dimana-mana itu tidak hebat. Yang paling hebat itu, menjadi ahli sedekah dari harta yang dimilikinya.

Saudaraku, Nabi Muhammad pernah bersabda :

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah).

Berbuat baik dan selalu memberikan jalan kemudahan kepada orang lain adalah amal sholeh rutin yang harus kita kerjakan. Ketika membeli, tidak menyusahkan penjual adalah amal sholeh yang paling luar biasa. Semoga kisah ini, bisa kita petik hikmahnya dan juga kita lakukan dalamkehidupan kita sehari-hari. Rutin dan selalu istiqamah. Wallahu a’lam bishowab.

(KH. Abdullah Gymnastiar)

 

Bagi Jama’ah sekalian yang tertarik untuk berkontribusi terhadap syiar dakwah dan wakaf untuk pembangunan sarana ibadah & belajar santri, bisa menyalurkannya melalui rekening berikut:

Bank Syariah Indonesia (BSI) 9255.373.000 an Yayasan Daarut Tauhiid